Senin, 01 Februari 2010

Apakah Kamu Karyawan Tahan PHK?

Hmm… Hari Jumat lalu saya telah menyerahkan surat pengunduran diri. Sudah menjadi pertimbangan yang cukup lama, dan akhirnya saya memutuskan untuk berhenti kerja, pulang ke tanah air, dan memulai perjuangan baru dengan berwiraswasta.

Selama 5 tahun di perusahaan konsultan ini, saya sudah cukup banyak melihat rekan kerja yang berlalu-lalang (keluar & masuk). Entah keluar secara sukarela, atau keluar atas keputusan atasan. Dari sini saya belajar banyak bahwa selama kita berada di posisi karyawan ini, apapun bisa terjadi. Termasuk kehilangan pekerjaan di akhir minggu. Apalagi di saat krisis ekonomi seperti ini, di mana para perusahaan berusaha mengencangkan ikat pinggang.

Dari profesi ini saya juga banyak belajar, macam karyawan apa yang bisa bertahan, bahkan di saat musim PHK seperti ini. Berikut adalah catatan kecil yang saya harapkan bisa jadi sedikit bekal bagi para pembaca yang masih menempuh karir.

1. Keberadaan anda dibutuhkan di perusahaan tersebut

Mulai dari awalnya di iklan lowongan kerja, alasan pasti dari perusahaan untuk mencari karyawan adalah karena kebutuhan. Kebutuhan akan tenaga kerja dengan keahlian tertentu untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.

Karena anda dibutuhkan, maka anda harus berfungsi semestinya sesuai tugas anda. Ini adalah dasar dari hubungan perusahaan dan pegawai, yaitu saling membutuhkan. Bila posisi anda sudah tidak lagi dibutuhkan, jelas khan apa ujungnya?

2. Belajar untuk diri sendiri. Kontribusi untuk perusahaan.

Berangkat dari kebutuhan, seseorang dipekerjakan karena keahilannya. Sebagai seorang profesional, sudah kewajiban bagi kita untuk terus belajar dan menambah pengalaman. Dengan semakin bertambahnya keahlian dan pengalaman tadi, nilai kita sebagai profesional juga meningkat. Oleh karena itu belajarlah untuk dirimu sendiri.

Dari keahlian yang kita dapatkan, tentu ada beberapa yang bermanfaat bagi perusahaan tersebut. Sebagai seseorang yang berada di sisi dalam, kita wajib untuk melakukan segala macam kontribusi yang positif terhadap perusahaan.

3. Kerja itu kerja, bukan ‘kerja’.

Tidak jarang satu proyek dihitung menurut banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan. Maka efisiensi dari pekerjaan kita sangat sensitif dibanding jam kerja.

Oleh karena itu, jam kerja sudah sepantasnya digunakan untuk kerja, bukan ‘ini’ atau ‘itu’. Bukan satu praktek yang gampang, dan saya sendiri belum sukses untuk melaksanakannya. Setidaknya berusaha untuk dikurangi.

4. Anggap ini adalah perusahaan kamu sendiri

Sikap yang satu ini adalah salah satu yang didambakan oleh tiap perusahaan atau atasan. Dari rasa memiliki ini, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga keberlangsungan suatu perusahaan.

Contoh paling sepele adalah menghemat listrik sewaktu pulang. Apakah anda mematikan PC atau laptop anda terlebih dahulu sebelum pulang? Tidak banyak bedanya, tapi satu hal positif yang bisa dimulai.

5. Selalu ingat omzet

Peduli anda di bagian sales atau tidak, tidak ada salahnya untuk ingat akan omzet bulanan. Satu proyek besar biasanya bisa ditagih secara berkala diakhir bulan. Bila target terpenuhi, bukan saja kesehatan finansial perusahaan jadi lebih baik, tapi manajer atau atasan anda pasti lebih senang dan lega.

Jadi tidak ada salahnya khan, untuk ngebut proyek diakhir bulan. Peduli ada lembur atau tidak. Tentu saja bukan kerja rodi yang saya maksud.

Itulah 5 poin penting yang kiranya pantas saya sarankan bagi anda yang masih menempuh karir. Perlu dicatat, tip-tip di atas hanyalah serentetan teori yang tak bermakna, kecuali dilaksanakan. Siap mencoba?


Sumber :
http://www.navinot.com/2009/04/28/apakah-kamu-karyawan-tahan-phk/
28 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar